“TANTANGAN KREATIVITAS GURU di ERA 4.0 ”
ARTIKEL
“TANTANGAN KREATIVITAS GURU di ERA 4.0 ”
OLEH KELOMPOK 8:
Nama-nama kelompok: ENDAH WINARSIH (210020098)
HASAN
HUTAGALUNG (210020115)
SITI INDRAWATI (210020103)
ELIANAH (210020110)
Mata Kuliah :
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Angkatan/Kelas :
2021B
Dosen Pengampu : Dr. Drs. ACHMAD NOOR FATIRUL, ST.,
M.Pd.
UNIVERSITAS PGRI ADI
BUANA SURABAYA
SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
2021
“TANTANGAN KREATIVITAS
GURU di ERA 4.0 ”
Endah Winarsih (endahwiens75l@gmail.com), Hasan
Hutagalung (galung.hasan9@gmail.com ), Siti Indrawati (indrawatisiti2@gmail.com),
Eliana (okeelianah@gmail.com)
Program Studi Teknologi Pendidikan,
Angkatan: 2021-B, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Dosen Pengampu: Dr. Drs. Achmad Noor Fatirul, ST., M.Pd.
I.
Pendahuluan
Teknologi informasi dan komunikasi sudah berkembang sangat pesat sehingga
mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat. Pengaruh perkembangan ini tentu saja
menimbulkan banyak dampak. Dampak yang
paling terlihat adalah dampak pada bidang sosial dan budaya. Cara hidup masyarakat berubah mengikuti
perkembangan teknologi tersebut. Banyak
pekerjaan jadi lebih mudah ketika menggunakan teknologi, khususnya dalam bidang
pendidikan. Pada saat teknologi sudah
maju penggunaan buku paket sebagai pusat informasi sudah mulai bergeser.
Fungsi buku paket bukan lagi satu-satunya media belajar bagi siswa. Siswa selain mendapatkan informasi dan materi
pelajaran dari keterangan guru dan buku paket, kini sudah bisa mencari
informasi sendiri melalui dunia internet. Kemudahan pencarian data dan informasi
melalui internet membuat siswa memilih untuk menggunakan internet.
Peran dan fungsi pelajaran sangat penting, nasionalisasi berperan sebagai
pembangunan kesadaran generasi penerus bangsa, menanamkan nilai-nilai nasionalisme
dan patriotism serta menumbuhkan jati diri bangsa. Berdasarkan peran dan fungsi tersebut
seharusnya siswa harus mau belajar semua mata pelajaran. Dan yang sangat penting adalah bagaimana para
pendidik menyajikan materi pelajaran untuk bisa dipelajari dengan menarik,
menyenangkan dan tidak membosankan.
Tetapi kenyataan yang ada pada siswa sangat berbeda. Siswa kurang tertarik dengan isi materi buku
paket yang kebanyakan hanya berisi teori saja.
Hal ini juga didukung dengan metode guru yang kurang menarik dan
monoton.
Tahun 2020 adalah tahun yang sangat berat, menyusul mewabahnya virus
corona atau yang biasa disebut sebagai Covid-19 yang bermula dari Wuhan,
Tiongkok dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Salah satu cara untuk
mengurangi penularan virus ini adalah dengan membatasi mobilisasi manusia,
sehingga mau tidak mau, guru dan siswa tidak dapat bertemu secara langsung
untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Dalam Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ), pembelajaran dilakukan secara daring yang memerlukan koneksi internet.
Guru, sebagai
fasilitator, harus kreatif membuat media pembelajaran yang menarik dan mudah
digunakan oleh siswa. Dan salah satu sistem operasi yang lazim digunakan dan
murah adalah android. Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang
dirancang untuk perangkat bergerak layar sentuh seperti telepon pintar dan
komputer tablet. Saat ini, android merupakan sistem operasi yang paling populer
dan banyak digunakan oleh masyarakat, khususnya di kalangan pelajar termasuk
siswa-siswi SD-SMA. Hal ini mendorong munculnya berbagai perangkat lunak yang
dibuat oleh para ahli untuk mempermudah proses belajar-mengajar. Salah satu
perangkat lunak yang bisa digunakan dalam membuat media pembelajaran ini adalah
Smart Apps Creator (SAC). SAC merupakan
tool perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pembuatan mobile apps
multimedia dengan mudah dan cepat. Karakteristik SAC antara lain: tanpa coding,
cara kerja seperti microsoft power point, dan tidak bisa mengedit komponen
media langsung di worksheet/panel kerja.
Langkah-langkah
yang perlu dilakukan dalam merancang mobile media adalah:
1) menentukan
tujuan pembelajaran dan kompetensi;
2) membuat peta
konsep;
3) membuat
flowchart; dan
4) mengumpulkan
aset media.
Aset-aset yang diperlukan untuk pembuatan mobile media dengan menggunakan
SAC adalah teks, audio (suara), image (gambar), dan video. Setelah semua aset
dikumpulkan maka selanjutnya seorang guru akan lebih mudah membuat mobile
media. Mobile media merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan
perangkat (device) bergerak sehingga siswa dapat mengakses materi pembelajaran
tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, di manapun dan kapanpun mereka berada
secara offline. Media pembelajaran yang berbasis android ini menjadikan
pembelajaran menarik dan memberikan dampak positif terhadap performa akademik
berupa motivasi belajar dan hasil belajar siswa.
Dengan situasi yang kurang menguntungkan dari dampak adanya Covid-19
tentu peran guru sangat penting. Sebagai
perancang dalam proses pembelajaran guru harus mempersiapkan metode dan model
pembelajran yang dibutuhkan. Peran
teknologi dalam pendidikan yang sangat penting menuntut guru harus bisa
menguasai berbagai aplikasi penunjang dalam proses belajar mengajar.
II.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
cara menyikapi adanya budaya Internet dan cyber
society dalam proses pembelajaran! (Endah)
2. Bagaimana
cara memanfaatkan aplikasi Smart Apps
Creator dalam pembelajaran?(Hasan)
3.
Bagaimana penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat membantu
dalam mengembangkan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai kecakapan abad 21
(Indrawati)
4.
Bagaimana cara menerapan Empat Prinsip
Pembelajaran Abad 21! (Elianah)
III.
Hasil
Di lapangan yang menjadi masalah adalah ketika siswa menggunakan internet melalui gadget, yang mereka cari tidak hanya
data atau informasi melainkan untuk bermain game
atau sekedar bersosialisasi melalui media sosial. Media sosial dengan berbagai macam
bentuknya lebih menarik untuk dibuka
dibandingkan mencari data untuk pembelajaran.
Akibatnya banyak siswa sudah mulai mengabaikan buku paketnya dan
keinginan belajar menjadi rendah.
Berdasarkan pengalaman di lapangan ketika mengajar di kelas hampir 30
persen siswa belum mampu menguasai dan memahami pelajaran dengan baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang masih belum maksimal .
Ketika dilakukan survey terbatas ternyata didapatkan satu kesimpulan
bahwa rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan adanya dugaan rendahnya
tingkat pemahaman dan minat belajar siswa terhadap pelajaran yang harus
menggunakan buku teks. Rendahnya tingkat pemahaman siswa ditunjukkan oleh
rendahnya aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Rendahnya minat belajar tersebut juga berasal dari paradigma pendidikan
konvensional yang selalu mempergunakan metode pengajaran klasikal dan ceramah,
tanpa diselingi dengan berbagai metode yang menantang untuk berusaha. Termasuk
pula adanya penyekat ruang structural yang begitu tinggi antara guru dan siswa.
Peristiwa yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran adalah siswa kurang aktif
berpartisipasi secara aktif, kurang terlibat dan tidak memiliki inisiatif serta
kontributif baik secara intelektual maupun emosional. Kegiatan siswa untuk
aktif menyampaikan pertanyaan, gagasan maupun pendapat sangat jarang muncul
sehingga selama kegiatan pembelajaran berlangsung hanya didominasi oleh guru.
Jika ada sebagian yang berani berpendapat atau menyampaikan gagasan maka siswa
yang lain sangat jarang yang meresponnya.
Selain itu tingkat keaktifan siswa yang rendah disebabkan budaya
literasi membaca sangat rendah. Siswa
memiliki wawasan yang tidak luas karena tidak suka dan bahkan tidak mau membaca
informasi yang terkait dengan pembelajaran.
Menurut artikel di halaman
KOMPAS.com “Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization/UNESCO) menunjukkan data persentase minat baca anak Indonesia
berada di angka 0,01 persen. Angka itu berarti, dari 10.000 anak Indonesia,
hanya satu anak yang senang membaca. Tentunya hal ini sangat memprihatinkan.
Tidak hanya itu, disebutkan juga bahwa minat baca di Indonesia menempati urutan
ke-63 dari 70 negara. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran penting untuk
menumbuhkan minat baca kepada anak, terutama anak yang masih berusia dini.
(Erwin Hutapea,2019)
Kurikulum 2013 diarahkan untuk membekali siswa dengan
sejumlah kompetensi yang dibutuhkan menyongsong abad 21. Beberapa kompetensi
penting yang dibutuhkan pada abad 21 yaitu:
a.
critical thinking,
b.
creativity
c.
collaboration dan
d.
communication.
Kompetensi-kompetensi ini dikenal dengan akronim 4C. Oleh
karena itu, guru perlu memahami beberapa prinsip pokok pembelajaran Abad 21 di
bawah ini agar siswa dapat mencapai kompetensi 4C.
1). Instruction should be student-centered.
Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada tataran ini, siswa
ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat
dan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, siswa tidak lagi dituntut untuk
mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi
berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan
kapasitas dan tingkat perkembangan berpikirnya, sambil diajak berkontribusi
untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
Siswa perlu dibelajarkan agar mampu berkolaborasi dengan
orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya
dan nilai-nilai yang dianutnya. Saat menggali informasi dan membangun makna,
siswa mesti didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya.
Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai
kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan
menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi
dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru
mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan
dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna
dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan sehariharinya.
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat
dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian
masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas
tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai
pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan,
pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya.
Di samping itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi
panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
Menurut Rohim, Bima dan Julian (UNY, 2016) untuk mampu
mengembangkan pembelajaran abad 21, beberapa hal penting untuk diperhatikan
yaitu:
1. Tugas Utama
Guru adalah Perencana Sekaligus Fasilitator dan Pengelola Kelas.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran haruslah baik dan detail
serta mampu menjelaskan semua proses yang akan terjadi dalam kelas termasuk
penilaian dan target yang ingin dicapai. Dalam menyusun RPP, penting untuk
mengkombinasikan antara target yang diminta dalam kurikulum nasional,
pengembangan kecakapan abad 21 atau karakter nasional serta pemanfaatan
teknologi dalam kelas.
2. Masukkan unsur
Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking).
Teknologi dalam hal ini internet akan sangat memudahkan siswa untuk memperoleh informasi dan jawaban dari persoalan yang disampaikan oleh guru. Untuk permasalahan yang bersifat pengetahuan dan pemahaman bisa dicari solusinya dengan sangat mudah dan ada kecenderungan bahwa siswa hanya menjadi pengumpul informasi. Guru harus mampu memberikan tugas di tingkat aplikasi, analisa, evaluasi dan kreasi, hal ini akan mendorong siswa untuk berpikir kritis dan membaca informasi yang mereka kumpulkan sebelum menyelasikan tugas dari guru.
Beberapa pendekatan pembelajaran seperti pembelajaran
berbasis proyek (Project Based Learning), pembelajaran berbasis keingintahuan
(Inquiry Based Learning) serta model pembelajaran silang (jigsaw) maupun model
kelas terbalik (Flipped Classroom) dapat diterapkan oleh guru untuk memperkaya
pengalaman belajar siswa (Learning Experience). Satu hal yang perlu dipahami
bahwa siswa harus mengerti dan memahami hubungan antara ilmu yang dipelajari di
sekolah dengan kehidupan nyata, siswa harus mampu menerapkan ilmunya untuk
mencari solusi permasalahan dalam kehidupan nyata.
4. Integrasi
Teknologi Sekolah
Siswa dan guru perlu mempunyai akses teknologi yang baik
sehingga mampu memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Siswa harus
terbiasa bekerja dengan teknologi seperti layaknya orang yang bekerja. Namun,
yang harus diingat bahwasannya teknologi tidak akan menjadi alat bantu yang
baik dan kuat apabila pola pembelajarannya masih tradisional.
IV.
Pembahasan/Diskusi
1.
Cara menyikapi adanya budaya Internet dan cyber
society dalam proses pembelajaran
Menyikapi maraknya penggunaan gadget yang kurang bertanggung jawab di
lingkungan siswa, guru harus memiliki kreatifitas lebih dalam membuat tugas.
Untuk membantu siswa mengendalikan kebutuhan bermainnya maka guru bisa
memberikan tugas pada siswa membuat permainan dangan media gadget. Tentu hal ini menjadi tantangan buat siswa
dalam membuatnya. Dan tentu saja juga
menarik siswa untuk mempelajari suatu materi dalam bentuk permainan atau
game. Pembelajaran akan menjadi lebih
menarik serta membuat siswa fokus dalam memahami materi yang sedang diajarkan.
Gadget seharusnya tidak dijadikan musuh bagi guru dalam menghadapi siswa
yang masih remaja. Justru orang tua dan
guru harus memanfaatkan gadget sebagai media
belajar. Yang terpenting adalah
membekali siswa dalam bidang teknologi sehingga bisa memanfaatkan
teknologi untuk mendukung belajarnya dalam meraih prestasi belajar.
Penggunaan Buku paket bukan serta merta hilang dan tidak digunakan, buku
paket dibuat untuk membantu siswa dalam mempelajari materi pembelajaran. Oleh karena saat ini buku paket banyak yang
sudah dicetak dalam bentuk e-book sehingga
bisa digunakan melalui alat elektronik atau gadget. Penggunaan aplikasi Blog juga bisa dijadikan
alternatif bagi guru dalam membagi materi pada siswa tentu perlu ada banyak
variasi dalam materi dengan menyertakan gambar yang sesuai dengan materi. Diharapkan siswa tetap tertarik dalam membaca
materi dari aplikasi yang digunakan oleh para guru.
2.
Cara memanfaatkan aplikasi Smart Apps
Creator dalam pembelajaran
Pemilihan pembelajaran berbasis android dengan teknologi Smart Apps creator memungkin kan agar
mudah dalam memasukan ataupun mendesain isi pembelajaran tanpa dengan proses
pemrograman ataupun HTML (HyperText
Markup Language) sehingga para pengguna dimudahkan dalam membuat bahan
pengajaran bisa digunakan dalam mode offline
maupun online yang bisa dikembangkan
lagi sesuai dengan kebutuhan pengembang agar menghasilkan produk yang bisa
digunakan dimanapun dan kapanpun. Smart
Apps Creator juga bisa digabungkan dengan animasi sehingga menjadi isi
konten lebih menarik, Menurut Ibiz Fernandes (2002) animasi adalah sebuah
proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk
mendapatkan sebuah ilusi pergerakan dan seakan-akan gerakan tersebut hidup (Buchari,
Sentinuwo, & Lantang, 2015, p. 2)
Menurut Wright (2005) animasi berasal dari kata ‘Animate’ yang berarti
membuat hidup atau membuat nafas, sebuah proses merekam dan memainkan kembali
serangkaian gambar untuk mendapatkan ilusi pergerakan (Sumarli & Kurnianto,
n.d., p. 163)
Media pembelajaran berbasis android yang terbuat dari Smart Apps Creator ini dapat digunakan
secara offline sehingga siswa lebih
menghemat pengeluaran untuk menggunakan media ini. Penyebaran media
pembelajaran ini dapat dilakukan secara manual yaitu dengan cara transfer data.
Oleh karena itu, media pembelajaran berbasis android perlu dikembangkan karena
lebih efektif dan efisien sehingga membantu guru untuk lebih mudah menyampaikan
materi dan siswa cepat memahami materi yang dipelajarinya. Adapun manfaat yang
diperoleh dari penggunaan media belajar yang dibuat dengan menggunakan SAC
antara lain: (1) mengurangi kebosanan, sehingga murid-murid lebih bersemangat
dalam belajar, (2) Quiz pada media
pembelajaran yang dibuat menggunakan SAC ini bisa dibuat menjadi game yang
menarik (3) bisa dijalankan tanpa koneksi internet. Ini keuntungan lain
memanfaatkan SAC. Siswa bisa menginstalnya di gawai mereka masing-masing dan
bisa digunakan untuk belajar berulang-ulang tanpa koneksi internet.
3. Penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi dapat membantu dalam mengembangkan pembelajaran siswa dalam
upaya mencapai kecakapan abad 21
Dalam proses belajar mengajar, siswa juga dapat
memanfaatkan sarana teknologi yang sudah tersedia untuk digunakan sebagai
sarana kolaborasi dalam pembelajaran di kelas. Salah satu aplikasi yang dapat
dimanfaatkan dalam aktivitas pembelajaran khususnya kolaborasi siswa yaitu
aplikasi web jejaring sosial (Social Network) seperti Facebook, Twitter,
Friendster dan sebagainya. Sebagai contoh aplikasi Facebook yang ada di dunia
maya tidak hanya sekedar aplikasi yang hanya dapat digunakan untuk berkomunikasi
dengan teman, mencari teman update status dan sebagainya, tetapi dapat juga
dimanfaatkan dalam pembelajaran siswa. Dengan menggunakan web jejaring sosial
Facebook dapat dimanfaatkan sebagai media untuk melakukan diskusi pembelajaran
jarak jauh yang tentunya akan lebih menyenangkan dan mengasyikan.
Sarana teknologi informasi dan komunikasi juga dapat
digunakan sebagai media komunikasi siswa dalam kaitannya dengan pembelajaran.
Salah satunya dengan memanfaatkan fasilitas E-Mail (Electronic Mail) yang
terdapat pada jaringan internet. Dengan menggunakan e-mail siswa dapat
berkomunikasi dengan sesama siswa, dengan guru bahkan dengan stakeholder lain
yang dapat membantu proses pembelajaran siswa. Sebagai contoh, dengan
menggunakan email siswa dapat mengirimkan hasil tugas-tugas yang diberikan oleh
gurunya dengan mengirimkan file-file lampiran tugas-tugasnya. Dengan
menggunakan teknologi email, siswa dapat mengirimkan hasil tugas yang diberikan
guru kepada siswa dengan cepat tanpa ada batasan waktu dan tempat.
Sarana teknologi informasi dan komunikasi juga dapat
digunakan sebagai media komunikasi siswa dalam kaitannya dengan pembelajaran.
Salah satunya dengan memanfaatkan fasilitas E-Mail (Electronic Mail) yang
terdapat pada jaringan internet. Dengan menggunakan e-mail siswa dapat
berkomunikasi dengan sesama siswa, dengan guru bahkan dengan stakeholder lain
yang dapat membantu proses pembelajaran siswa. Sebagai contoh, dengan
menggunakan email siswa dapat mengirimkan hasil tugas-tugas yang diberikan oleh
gurunya dengan mengirimkan file-file lampiran tugas-tugasnya. Dengan
menggunakan teknologi email, siswa dapat mengirimkan hasil tugas yang diberikan
guru kepada siswa dengan cepat tanpa ada batasan waktu dan tempat.
4. Cara
menerapkan Empat Prinsip Pembelajaran Abad 21
Dari pengalaman mengajar banyak sekali kisah guru yang
gagal dalam proses belajar mengajar sering terjadi.
1. Guru
tidak menyiapkan materi dengan baik sehingga ketika akan mulai mengajar
kehilangan kata-kata karena tidak mengingat materi dengan benar.
2. Tidak
memiliki media mengajar sehingga materi yang diajarkan tidak bisa diserap siswa
dengan baik.
3. Guru
tidak memiliki wawasan yang luas dari materi yang diajarkan.
4. Guru
tidak menguasai teknologi sehingga ketika akan mengoperasikan suatu aplikasi
yang menggunakan teknologi guru tidak mampu menjalankannya dengan baik.
Ada banyak hal yang membuat seorang guru menjadi gagal
sebagai pendidik
1. Kepuasan.
perasaan puas memiliki ilmu yang dikuasai pada saat
kuliah di perguruan tinggi membuat guru tidak up to date, seperti yang kita tahu ilmu pengetahuan
selalu berjalan dan mengalami banyak perubahan. Jika guru hanya mengajar apa
yang dipelajari pada masa lalu tentu
tidak akan relevan dengan keadaan saat ini.
2. Keengganan.
Jika ada guru enggan melakukan tugasnya secara maksimal
tentu hasil yang di dapatkan untuk mengembangkan potensi siswa tidak akan
tercapai
3. Ketakutan
Ketakutan akan kemajuan teknologi yang sudah semakin
tinggi dimana guru tidak mau menggunakan teknologi dengan alasan tidak mampu
mengimbangi kemajuan teknologi dan hanya menggunakan model dan metode lama yang
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman tentu keberadaan guru tidak
akan ditiggalkan siswa yang butuh ilmu baru dengan sistem metode yang baru.
4. Tidak tahu
kebutuhan siswa.
Guru yang tidak mengenal dan paham kebutuhan siswa tentu
tidak akan memiliki hubungan yang baik dengan siswa dan hal ini membeuat
pembelajaran menjadi gagal.
Menjadi seorang guru harus mampu melakukan inovasi
sehingga pembelajaran bisa menjadi lebih baik dengan hasil yang meningkat. Tetapi guru yang low vision biasanya tidak
mau berinovasi dalam menjalankan tugasnya.
5. Guru sudah
nyaman dengan bentuk belajar yang teacher center .
Metode pembelajaran ini dirasa lebih lebih efektif dan
hasilnya pemahaman peserta didik tunggal terhadap materi yang diajarkan oleh
guru. Tidak ada complain terhadap materi yang diajarkan karena pengetahuan
peserta didik hanya dari guru.
6. Guru tidak menguasai
teknologi.
Perkembangan tehnologi tentu saja berdampak didunia
pendidikan , hal ini terlihat banyaknya aplikasi yang ditawarkan untuk membantu
guru memberi pembelajaran pada peserta didik.
Ketidakmampuan guru di bidang teknologi tentu saja membuat banyak guru
yang enggan menggunakan teknologi dalam mengajar. Alasannya klise, mereka tidak mau direpotkan
untuk belajar lagi bagaimana menggunakan aplikasi yang sudah disediakan oleh
banyak pihak.
7. Guru kurang
mendapatkan informasi.
Metode pembelajaran pembelajaran yang baru sudah banyak
di share dengan berbagai cara seperti
seminar, workshop. Banyak sekali
guru yang tidak mendapatkan pembaruan tentang model mengajar. Bukan karena tidak bisa tetapi karena tidak
mendapatkan informasinya. Lagi-lagi
alasan repot dan full mengajar membuat guru enggan mengikuti
pelatihan-pelatihan yang sudah disiapkan oleh banyak pihak. Bukan itu saja pengerjaan administrasi guru
yang begitu banyaknya juga menyita banyak waktu guru sehingga mengikuti
pelatihan bukan menjadi suatu pilihan.
8. Paradigma bahwa
guru sama dengan ilmu.
Paradigma bertahun-tahun yang digunakan oleh banyak
peserta didik dan juga guru yang beranggapan bahwa informasi yang ada di luar
sana belum tentu kebenarannya. Tetapi
semua informasi dari guru adalah seratus persen benar. Hal ini membuat peserta didik juga enggan
mencari ilmu di luar pengajaran guru.
9. Belum paham dalam menerapkan berbagai model
pembelajaran.
Mungkin banyak guru sudah mendapatkan berbagai informasi
tentang model-model pembelajaran, tetapi setelah di lapangan masih belum paham
dalam penerapannya. Atau mungkin
terkadang model pembelajaran kurang cocok diaplikasikan di sekolahnya dengan
berbagai alasan yang ada
Seharusnya sebagai guru kita tidak boleh menyerah dengan
keadaan, semua kendala yang ada pasti ada solusinya, sehingga guru bisa
mengikuti perkembangan pendidikan sesuai dengan perkembangan jaman. Tidak semua model pembelajaran harus
menggunakan teknologi yang rumit. Bahkan
guru bisa memodifikasi model pembelajaran disesuaikan dengan kondisi sekolah
dan kondisi peserta didik.
Untuk mempersiapkan guru dalam menerapkan Empat Prinsip
Pembelajaran Abad 21 perlu membekali dengan banyak ilmu.
Untuk bisa menguasai aplikasi pendukung dalam proses
belajar dan mengajar maka perlu ada banyak kegiatan workshop penggunaan
teknologi bagi guru. Selain itu perlu
ada perbaikan fasilitas sarana dan prasarana di sekolah sebagai penunjang
kebutuhan teknologi pembelajaran. Karena
kemampuan guru dalam menguasai teknologi tanpa dilengkapi dengan fasilitas
tentu proses pembelajaran yang di harapkan tidak akan tercapai.
Dengan pembekalan guru tentu akan membuat guru lebih siap
dalam mempersiapkan pembelajaran dengan model dan metode yang sesuai dengan
perkembangan jaman. Guru tidak hanya
berceramah tetapi bisa menggunakan berbagai aplikasi dari teknologi yang ada
sehingga prinsip pengajaran abad 21 bisa dijalankan dan guru bisa berbagi ilmu
pada siswa dengan baik. Diharapkan siswa
bisa mengikuti proses belajar dan mengajar dengan antusias karena model dan
metode pembelajaran yang digunakan variatif dan menyenangkan bagi siswa
sehingga tujuan setiap pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
V.
Kesimpulan
Perlu
menumbuhkan budaya membaca siswa melalui aplikasi yang bisa diakses siswa
melalui internet dan smartphone
sehingga siswa memiliki wawasan yang luas dengan demikian dapat diharapkan
siswa dapat menaikkan minat baca serta prestasi belajar disekolah.
Smart Apps creator (SAC) ini sangat berbeda dengan tool
pemrograman lainnya, karena tidak memerlukan keahlian programming untuk membuat
aplikasi berbeda dengan tool programming yang meminta keahlian programming.
Sehingga SAC dapat dipelajari dengan mudah oleh siapa saja, para siswa, orang
tua, guru, dosen, konsultan, pengembang media, marketing, dsb, meskipun tidak
mempunyai latar belakang programming. SAC ini menekankan pada tiga hal utama
ketika kita akan mengembangkan aplikasi-aplikasi tersebut, yaitu :
1.
Konten
2.
Skenario
3.
Navigasi
Jika
menggunakan programming tool lain, kita harus membuat program / code untuk
dapat membuat skenario dan navigasi, sedangkan dalam SAC sudah disediakan cukup
lengkap. Sehingga tentunya kita perlu merancang konten, skenario dan navigasi
yang baik untuk membuat aplikasi mobile apps multimedia interaktif yang
menarik.
Keterampilan kecakapan abad 21 khususnya penggunakan
teknologi informasi dan komunikasi dapat membantu dalam mengembangkan
pembelajaran siswa dalam upaya mencapai kecakapan abad 21 seperti kemampuan
berkomunikasi, kolaborasi, kreativitas, inovasi, kemandirian dan sebagainya.
Guru harus hadapi setiap kendala dan memiliki optimistis
tinggi bahwa guru mampu menjadi pendidik dan pengajar yang berhasil.
VI.
Saran
Menjadikan gadget
sebagai teman belajar lebih efektif dibanding menjadikan gadget sebagai musuh
yang harus dihindari oleh siswa.
Untuk
mempersiapkan model pembelajaran yang sesuai dengan ketrampilan kecakapan abad
21 guru harus diberikan pembekalan teknologi yang bisa mendukung proses belajar
dan mengajar serta sekolah juga harus mempersiapkan fasilitas penunjang dalam mencapai
tujuan pengajaran.
Daftar Pustaka
Endah Winarsih
2019. Model-model Pembelajaran Seru PBM IPS. Bandung: Tata Akbar
Endah Winarsih 2020. Strategi
menjadi Guru yang Kreatif. Jakarta:Haura
https://lagerunal.blogspot.com/2021/08/berpikir-optimisjangan-jadi-guru-yang.html
Christine Chin & Jonathan Osborne (2008)
Students’ questions: a potential resource for teaching and learning science.
Studies in Science Education, 44:1, 1-39.
Csapó, B., & Funke, J. (2017). The Nature
of Problem Solving: Using Research to Inspire 21st Century Learning (pp. 1–31).
OECD Publishing.
https://doi.org/10.1787/9789264273955
https://inosi.co.id/pengembangan-aplikasi-mobile-apps-multimedia-interaktif-dengan-smart-apps-creator/
Tugasnya erat kaitannya dengan dunia digital. Sangat penting. Salam Literasi
ReplyDeleteTerima kasih pak
DeleteHots mulai ramai nih. Hehe
ReplyDeleteSiap pak
Delete