88 Km Aku menanti...
88 km Aku Menanti
Kisah ini kutulis kembali untuk mengingstkan seseorang yang
pernah ada dalam hidupku yang kini masih aku kenang,
Hampir semua orang pasti pernah memiliki kisah cinta di masa
lalunya termasuk aku. Pada saat itu aku
masih kuliah dan masih belajar hidup di dunia kampus.
Jujur bagiku dunia perkuliahan tidaklah terlalu sulit bagi aku yang bisa masuk ke Universitas Negeri di Surakarta tanpa tes, karena waktu itu ada program Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK).
Sejak SMA aku memang bertekat untuk meraih mimpiku masuk
Universitas Negeri dan salah satu jalur yang ingin ku tempuh adalah melalui PMDK. Waktu SMA ku kugunakan untuk belajar dan
belajar. Karena untuk meraih mimpiku ini
aku harus mempertahankan nilai prestasiku dengan baik. Untuk mendapatkan semua itu tidaklah mudah
karena aku yang sebelumnya bersekolah di Surabaya Jawa Timur harus pindah ke
kota kecil di Sragen.
Mengapa harus pindah? itu pertanyaan yang sering dilontarkan
orang-orang disekelilingku ketika mereka tahu aku berasal dari sekolaah di kota
besar Surabaya. Aku sendiri tidak
terlalu menjawab detail tujuanku pindah ke kota kecil di Jawa Tengah itu. Yang ku tau adalah bahwa kampus Negeri yang
ada di Surakarta itu akan memberikan kuota kesempatan menerima mahasiswa baru
di wilayah Jawa Tengah terlebih dahulu baru sisanya akan diberikan pada wilayah
lain di seluruh Nusantara.
Aku membayangkan hidup sendiri di kota kecil ini sudah
merasa ngeri dan takut apalagi aku termasuk anak terakhir dari 4 bersaudara
yang memiliki rasa peduli yang tinggi. Itu artinya aku tidak harus berjuang
ketika ingin memoeroleh sesuatu karena orang tua dan kakak-kakakku akan segera
memenuhi kebutuhanku. Dan memilih hidup
sendiri di kota kecil ini menjadi Proyek besarku kala itu. Sedangkan orang tua dan semua kakku ada di Surabaya.
Masa SMA mungkin banyak orang yang menggunakan waktunya
untuk memenuhi ego dan kesenangan sendiri karena masa itu adalah masa labil
bagi seseorang. Tapi bagiku masa SMA
adalah masa berjuang untuk meraih mimpi.
Masa dimana aku lebih memilih belajar daripada sekadar main atau nonton
bioskop. Meski begitu aku bukanlah orang
yan kuper atau kudet karena aku juga memiliki banyak teman dan aku juga langganan
majalah remaja sehingga pengetahuanku akan hal di luar pelajaranpun juga banyak. Meski demikian aku bukan orang yang mudah
bergaul karena aku orang yang tidak mudah adjust
pada lingkungan baru.
Dan setelah melalui perjuangan belajar yang cukup menyita
waktuku tibalah pada penantian pengumuman untuk diterima di Universitas. Dan aku sungguh mengucap syukur bahwa apa
yang aku sudah usahakan dengan tidak mudah itu membuahkan hasil. Bahagia?? tentu saja ….aku bisa diterima di
Kampus Negeri idaman tanpa harus
test. Menjadi prestasi dan kebanggan
buatku meski aku harus melewati masa SMA ku dengan banyak berdiam diri untuk
belajar. Paling tidak aku bisa membuktikan bahwa aku bukan sekedar anak manja yang tidak bisa berprestasi. Apalagi aku memiliki kakak-kakak yang pintar itu sudah menjadi tekanan buatku.
Masa SMA adalah masa mengenal pacaran, bagiku itu tidak
harus dan tidak penting meski saat SMA pernah dekat dengan seseorang tapi saat
itu bagiku itu sangat mengganggu sekali.
Iya sangat mengganggu,,,, mengganggu waktu belajar…mengganggu pikiran
dan membuatku berpikir bahwa masa SMA bukanlah waktu yang tepat untuk dekat
dengan lawan jenis,
Sampai Pada masa kuliah dan mengenal dunia kampus ternyata pandanganku akan suatu komitmen dalam berpacaran sudah sedikit berbeda. Mungkin karena aku terpengaruh dengan teman-teman kampus yang kebanyakan dari mereka sudah memiliki pacar.
Memiliki orang yang dekat dengan kita dan memiliki rasa
senang karena disayangi orang lain itu ternyata menjadi suatu kebutuhan. Dan akhirnya aku mulai membuka diri untuk hal
tersebut.
Pada masa kuliah aku memiliki kesempatan berkenalan dengan seseorang dengan cara yang unik, dan
sampai saat ini pertemuan itu menyisakan senyum jika di bahas.
Senyum dan perhatiannya sangat menawan hati. Meski kami tidak selalu bertemu kami tetap
menjaga hubungan baik.
88 Km yang harus dia tempuh untuk bisa menemuiku. Kami tinggal di kota yang berbeda dan
profesinya sebagai seorang Abdi Negara tentu menuntut dia untuk fokus pada
tugas negara. Tentu pertemuan yang
sangat jarang tersebut menjadi momen yang sangat kunanti. Meski pada saat bertemu kita lebih banyak
berbincang tentang hal-hal yang menambah wawasan, taka da percakapan tentang cinta diantara
kami. Jujur aku menaruh hormat dan segan
karena dia memperlakukanku dengan sopan.
Aku tidak pernah tahu isi hatinya dan perasaannya padaku. Tetai 88KM yang dia tempuh intuk menemuiku
pasti bukanlah hal iseng yang dia lakukan karena tugas negara yang diembannya
juga menuntutnya lebih. Waktu berjalan
sampai 2 tahun. Kami sangat amat paham
jika kedekatan kami akan banyak menemui kendala. Kendala terbesar kami adalah memiliki
kepercayaan yang berbeda. Kami termasuk
orang-orang yang taat pada aturan agama yang kami miliki. Kami tidak pernah bertengkar dan
mempertentangkan agama kami. Kami menjalin
hubungan dengan apa adanya, Berjalan saja tanpa tahu harus memutuskan apa,
Sampai hari wisudapun tiba, aku yang sudah mendapatkan
kontrak kerja harus pindah lagi ke Surabaya,
untuk meraih mimpi berikutnya.
Menjadi pendidik disekolah ternama di Surabaya itu yang ingin kucapai.
Keputusan pindah tentu membawa konsekuensi tersendiri. Dan itu berdampak pada hubunganku dengan
dia. Kami sepakat menjalankan hidup kami
sendiri-sendiri tanpa saling mempengaruhi lagi.
Hari itu dimana aku harus mulai packing untuk pindah ke Surabaya
menyisakan rasa sedih yang mendalam. Aku
harus meninggalkan apapun yang pernah terjadi dibelakngku untuk meraih mimpiku.
Aku selalu berdoa ketika waktu berjalan dan ada kesempatan Tuhan ijinkan kami bertemu, aku
ingin melihat dia sudah menjadi seseorang yang sukses. Harapanku dia juga bahagia dalam
hidupnya.
Biarlah kenangan itu selalu menjadi milikku dan milikmu
saja. Terimakasih sudah menjadi
penyemangatku ketika aku masih kuliah. Terimakasih untuk setiap hal baik yang
pernah engkau berikan padaku. Doaku
semoga kau selalu bahagia.
Kisahnya bikin haru. Tapi cinta mungkin tidak selalu bersatu. Tapi selalu indah dikenang.
ReplyDeleteKeabadian cinta. Karena cintanya tak bernoda
DeleteSemoga suatu hari nanti Tuhan mempertemukan kalian, aamiin..
ReplyDeletePertemuan nya pasti menorehkan kisah baru
Delete88 KM yang berkesan. Mencintai tidak mesti memiliki. Biarlah itu jadi memori indah dan tersimpan selamanya.
ReplyDeleteSelalu menjadi kisah indah selamanya ....
DeleteKenangan di 88 km, hmm
ReplyDeleteDi titik 88 Km ku tulis sebuah kisah
DeleteUuuh... Baper buk... Semoga dapat berjumpa walau dlm keafaan berbeda smua sudah bahagia dengan pasangan masing-masing.. Aamiin
ReplyDeleteBahagia itu perlu diciptakan bukan ditunggu... Mari memilih bahagia
DeleteMengenang masa lalu memang alangkah indahnya. Namun, seindah-indahnya masa lalu, itu sudah berlalu. Jadikan sebagai refleksi dan cerminan kehidupan kita di masa depan.
ReplyDeleteCiptakan masa lalu dan masa kini menjadi sesuatu yang indah...
DeleteLuar biasa, jadi ingat masa lalu juga hehe
ReplyDeleteMomen indah di masa lalu mmg patut dikenang
DeleteJadi teringat lagunya Pasha ungu, mencintai tanpa harus memiliki...
ReplyDeleteHahha benar... Lagunya bikin baper ini
DeleteSelalu ada hal besar dan ajaib dibalik masalah yg Tuhan ijinkan terjadi , tetap semangat ya bu🤗
ReplyDeleteBenar, God is good all the time... Gbu
DeleteIde yang dekat dari pengalaman, membuat pembaca seperti saya terhanyut membaca setiap kata
ReplyDeleteCuma mau belajar jujur dengan kata hati
DeleteHuhui... Kenangaan indah yang sangat sulit terlupakan. Semoga Tuhan mengabulkan doamu kawankuuh
ReplyDeleteAmeeennnn.... Selalu ada harapan
DeleteCinta pertamz sll membuat kita terkenang dan tersenyum. Cerita yg apik penyajian tulisannya.
ReplyDeleteKetika menulis sambil tersenyum krn terkenang
DeleteCeritanya begitu mengalir. .pembaca hanyut dan tak mau melewatinya... Kenangan yang banyak memberi pelajaran berharga.
ReplyDeleteSetiap momen selalu ada nilai berharga yg didapatkan
DeleteSwit ..swit..hehe .. kisah asmara yang luar biasa. Jarak yang jauh pun ditempuh demi sang Srikandi. Hehe
ReplyDeleteDi masa itu.. Di kala itu... Bertemu itu menjadi momen yg manis... Tertulis di buku diary seorang gadis
Delete