SWASUNTING
Hasil berliterasi hari ini tentang salah satu proses menulis yaitu swasunting.
Swasunting adalah menyunting tulisan/naskah sendiri sebelum mempublikasikannya ke media atau mengirimkannya ke penerbit. Jika tulisan kita sudah tertata dengan baik, pasti akan membuat editor senang dan nyaman bekerja sama dengan kita.
pengeditan ini tidak boleh dilakukan serta merta ketika kita sedang menulis. bahkan jangan dilakukan setelah naskah selesai ditulis. Endapkan dulu naskah kita minimal 3 hari. Pengendapan ini bertujuan untuk membuat kita berjarak dari naskah dan mengingatkan kita bahwa tidak ada yang sempurna. Dengan pemahaman ini, kita akan jadi lebih objektif dalam menilai naskah. Bisa melihat kesalahan-kesalahan kecil yang mungkin terselip.
Cukup banyak hal yang harus dicermati saat menyunting naskah nonfiksi. Di dalam naskah nonfiksi, biasanya ada struktur dan sistematika bab yang terdiri atas bab, subbab, bahkan sampai subsubbab. Naskah nonfiksi juga sering kali menyertakan tabel, rumus, bahkan diagram, dan statistik.
Sementara itu, saat menyunting naskah fiksi, di sana tak ada struktur bab. Dalam penyuntingan naskah fiksi, kita harus punya taste dan kepekaan yang lebih dalam melihat kekurangan naskah.
Sementara itu, saat menyunting naskah fiksi, di sana tak ada struktur bab. Dalam penyuntingan naskah fiksi, kita harus punya taste dan kepekaan yang lebih dalam melihat kekurangan naskah.
*Tahapan swasunting pertama* adalah membaca naskah secara keseluruhan untuk memperbaiki konsistensi kalimat dan logika tulisan. Meskipun tulisan fiksi tetap harus ada kelogisan di dalamnya. Jangan terlalu melenceng dengan kehidupan pada umumnya, kecuali membuat fiksi fantasi.
Tahapan kedua adalah memperhatikan 6 hal dalam proses pengeditan, yaitu:
1. Ejaan
Mencakup pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan. erat kaitannya dengan PEUBI dan KBBI.
2. Tata bahasa
Mencakup diksi dan struktur kalimat.
3. Kebenaran fakta
Menyangkut kebenaran fakta dalam naskah. Misal: letak geografi, sejarah, dll.
4. Legalitas
Menyangkut hak cipta dan orisinalitas tulisan.
5. Konsistensi
Konsistensi isi dan penggunaan istilah.
6. Gaya selingkung
Gaya penyuntingan yang digunakan di lingkungan terbatas.
Contohnya jika kita akan menyunting naskah cerpen yang akan dikirim ke media:
1. Menyunting teknis tulisannya.
Nomer halaman, jumlah halaman, penulisan judul, kesesuaian tema, format teks maupun page layout nya.
2. Menyunting bahasa
Sudahkah menggunakan kaidah PEUBI yang benar, pengunaan tanda baca (titik, koma, penulisan dialog teks), kalimatnya efektif tidak.
3. Menyunting content/isi
Awali cerpen dengan kalimat menyentak, hindari peristiwa kebetulan, konfliknya hanya tunggal, perkuat tiap karakter tokohnya, jangan lupa selipkan nilai-nilai positif sebagai sedekah kita.
Jika kita bahas tata aturan kepenulisan ini akan memakan banyak waktu. Proses editing wajib dan harus kita kuasai sebagai seorang penulis. Minimal penulis status di medsos. Jangan sampai salah tanda baca dan menimbulkan salah presepsi dari nitizen yang bisa merugikan kita. banyaklah menengok PEUBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) dan membuka KBBI on line di google. pastikan setiap kata yang dituliskan memiliki arti. jika di KBBI on line tidak keluar artinya berarti kata yang kita tuliskan salah.
Kadang, terburu-buri ingon segera menerbitkan (di blog) lupa swasunting.
ReplyDeleteHaha benar... Kebiasaan yg perlu di perbaiki
DeleteSaya enggak pernah melakukan swasunting saat menulis di blog. Mengalir begitu saja. Pas ragu saat mau menuliskan sebuah kata langsung buka KBBI. Menurut saya, sih, itu bukan menyunting sambil menulis, melainkan upaya meminimalisasi kesalahan penulisan.
ReplyDeleteBenar pak...
DeleteYah saya sendiri sering terburu untuk sgera memublikasikannya
ReplyDeleteKadang perlu waktu utk lakukan swasunting
DeleteBagian yang paling sulit dalam menulis adalah menyunting...hehe.
ReplyDeleteBenar pak
DeleteSwasunting dilakukan setelah pengendapan tulisan. Sering kelupaan jadinya.
ReplyDeleteBenar ibu, berharap editor yg lakukan
Delete