BELAJAR DENGAN CARA KREATIF SERI 2 GADGET VS BUKU PAKET


Tema : “Tantangan Kreativitas Guru di Era 4.0 ”
Judul Karya : GADGET VS BUKU PAKET
Penulis  : Endah Winarsih, S.Pd


Latar belakang :
Teknologi informasi dan komunikasi sudah berkembang sangat pesat sehingga mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat.   Pengaruh perkembangan ini tentu saja menimbulkan banyak dampak.   Dampak yang paling terlihat dalah dampak pada bidang sosial dan budaya.   Cara hidup masyarakat berubah mengikuti perkembangan teknologi tersebut.  Banyak pekerjaan jadi lebih mudah ketika menggunakan teknologi, khususnya dalam bidang pendidikan.  Pada saat teknologi sudah maju penggunaan buku paket sebagai pusat informasi sudah mulai  bergeser.  Fungsi buku paket bukan lagi satu-satunya media belajar bagi siswa.  Siswa selain mendapatkan informasi dan materi pelajaran dari keterangan guru dan buku paket, kini sudah bisa mencari informasi sendiri melalui dunia internet.   Kemudahan pencarian data dan informasi melalui internet membuat siswa memilih untuk menggunakan internet. 
Yang menjadi masalah adalah ketika  siswa menggunakan internet melalui gadget, yang mereka cari tidak hanya data atau informasi melainkan untuk bermain game atau sekedar bersosialisasi melalui media sosial.  Media sosial dengan berbagai macam bentuknya  lebih menarik untuk dibuka dibandingkan mencari data untuk pembelajaran.  Akibatnya banyak siswa sudah mulai mengabaikan buku paketnya dan keinginan belajar menjadi rendah.

Ide :
Peran dan fungsi pelajaran sangat penting, nasionalisasi berperan sebagai pembangunan kesadaran generasi penerus bangsa, menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotism serta menumbuhkan jati diri bangsa. Sedangkan fungsi pelajaran kewarganegaraan adalah menginternalisasikan nilai-nilai afektif. Selain itu pelajaran kewarganegaraan juga memiliki fungsi genesis, pragmatis, dan didaktis. Berdasarkan peran dan fungsi tersebut seharusnya mata pelajaran kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari, menarik, menyenangkan dan tidak membosankan. Tetapi kenyataan yang ada pada siswa sangat berbeda.  Siswa kurang tertarik dengan isi materi buku paket yang kebanyakan hanya berisi teori saja.  Hal ini juga didukung dengan metode guru yang kurang menarik dan monoton.

Tantangan :
Hampir 30 persen siswa belum mampu menguasai dan memahami pelajaran kewarganegaraan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan adanya dugaan rendahnya tingkat pemahaman dan minat belajar siswa terhadap pelajaran kewarganegaraan. Rendahnya tingkat pemahaman siswa ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Rendahnya minat belajar tersebut juga berasal dari paradigma pendidikan konvensional yang selalu mempergunakan metode pengajaran klasikal dan ceramah, tanpa diselingi dengan berbagai metode yang menantang untuk berusaha. Termasuk pula adanya penyekat ruang structural yang begitu tinggi antara guru dan siswa. Peristiwa yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran adalah siswa kurang aktif berpartisipasi secara aktif, kurang terlibat dan tidak memiliki inisiatif serta kontributif baik secara intelektual maupun emosional. Kegiatan siswa untuk aktif menyampaikan pertanyaan, gagasan maupun pendapat sangat jarang muncul sehingga selama kegiatan pembelajaran berlangsung hanya didominasi oleh guru. Jika ada sebagian yang berani berpendapat atau menyampaikan gagasan maka siswa yang lain sangat jarang yang meresponnya.
       
Solusi  :
Sesuai dengan dasar pemikiran dan kenyataan diatas, ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa supaya tertarik untuk belajar Kewarganegaraan. Salah satu model yang ingin penulis implementasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Keunggulan tipe STAD(Student Teams Achievement Divisions) adalah adanya kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung pada keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapatkan nilai maksimum sehingga termotivasi untuk belajar. Dengan demikian setiap individu merasa mendapat tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri sehingga tujuan pembelajaran kooperatif dapat berjalan bermakna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal sesuai dengan kurikulum dan masyarakat.
Paparan diatas merupakan fenomena yang perlu dikaji melalui penelitian. Focus penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
                           Model pembelajaran kooperatif tipe STAD bisa dilakukan dengan banyak cara.  Salah satunya membuat bahan belajar sendiri seperti membuat buku materi dengan berbagai model sehingga siswa lebih tertarik dalam belajar.  Selain itu mereka juga bisa membuat materi dengan membuat blog pribadi yang berisi materi pelajaran sehingga kemampuan tehnologi mereka tidak hanya melulu digunakan untuk bermain saja tetapi bisa digunakan untuk belajar.  Siswa mempelajari buku paket setelah itu melengkapinya dengan berbagai ilmu dari internet secara kelompok.  Setelah menyelesaikan tugasnya mereka melakukan presentasi dengan membuka blog pribadi yang bisa ditayangkan di ruang kelas.  Dengan content yang menarik ditunjang dengan lay out yang bagus tentu saja menarik perhatian siswa untuk belajar.  Semua siswa dalam anggota kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil tugas akhir mereka, setelah itu kelompok audience boleh melakukan tanya jawab dengan kelompok penyaji.  Kegiatan belajar model project  seperti itu sangat disukai siswa selain itu bisa menambah wawasan siswa.   Melengkapi siswa dengan teknologi tentu saja harus disertai tanggung jawab membina mereka untuk bisa menguasai gadget bukan dikuasai gadget.   Dalam setiap pembelajaran siswa tetap didukung untuk menggunakan buku paket karena isi dari buku paket sudah melalui editing dari banyak pihak sehingga nilai kebenarannya sudah teruji dibandingkan dengan informasi dari internet yang berasal dari blog atau situs pribadi.   Euforia dalam penggunaan internet tentu saja harus diimbangi dengan sikap tanggung jawab.  Jika tidak siswa akan menggunakan media gadget-nya untk hal-hal yang tidak mendidik.
                        Menyikapi maraknya penggunaan gadget yang kurang bertanggung jawab di lingkungan siswa, guru harus memiliki kreatifitas lebih dalam membuat tugas . 
Untuk membantu siswa mengendalikan kebutuhan bermainnya maka guru bisa memberikan tugas pada siswa membuat permainan dangan media gadget.  Tentu hal ini menjadi tantangan buat siswa dalam membuatnya.  Dan tentu saja juga menarik siswa untuk mempelajari suatu materi dalam bentuk permainan atau game.  Pembelajaran akan menjadi lebih menarik serta membuat siswa fokus dalam memahami materi yang sedang diajarkan. 
Gadget seharusnya tidak dijadikan musuh bagi guru dalam menghadapi siswa yang masih remaja.   Justru orang tua dan guru harus memanfaatkan gadget sebagai media  belajar.  Yang terpenting  adalah  membekali siswa dalam bidang teknologi sehingga bisa memanfaatkan teknologi untuk mendukung belajarnya dalam meraih prestasi belajar.
Buku paket dibuat untuk membantu siswa dalam mempelajari materi pembelajaran.  Dan saat ini buku paket banyak yang sudah dicetak dalam bentuk e-book sehingga bisa digunakan melalui alat elektronik atau gadget.

 Menjadikan gadget sebagai teman belajar lebih efektif dibanding menjadikan gadget sebagai musuh yang harus dihindari.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ada apa dengan Batik?

PENGEMBANGAN KURIKULUM MERDEKA MENGGUNAKAN UNDERSTANDING BY DESIGN

ANTRE = REFRESHING