SERI KONSELING ; Mendidik Anak Remaja Milenial


Mendidik anak dalam keluarga
Oleh: Endah Winarsih, S.Pd

Seringkali orang tua ketika merasa sudah menanamkan banyak nilai-nilai dalam rumah pada anaknya yang sudah remaja berpikir tugasnya sudah selesai.  menanamkan nilai-nilai yang berdasarkan keimanan dirasa cukup.


Ada banyak kemungkinan dari hasil didikan tersebut.  Anak bisa benar-benar jadi baik atau anak maah tertekan yang akhirnya kalau dirumah anak terlihat baik dan taat , tetapi ketika di luar rumah anak remaja tersebut menjadi anak yang “luar biasa”
Banyak sekali orang tua yangterkejut ketika ada panggilan dari kepolisian atau pihak sekolah yang memberi info kalau anaknya melakukan pelanggaran
Mengapa anak-anak kita menjadi liar, beringas, dan sulit diatur? Apa boleh kita kasih gadget kepada anak-anak kita? Bagaimana seharusnya kita mendidik anak dalam keluarga?
Kepedulian orang tua memang harus maksimal dan dengan konsisten.  Penting untuk mengenal anak secara luar dan dalam.   Sehingga bisa menghindari masalah yang dilakukan anak yang diakibatkan ketidakpedulian orang tua


TRUE FAITH ALWAYS SEEKING UNDERSTANDING. (Iman yang sejati akan mencari kebenaran dan pengertian)

Anak muda sekarang cenderung beringas dan berani bahkan bisa dikontrol , hal ini selalu berhubungan dengan pola pendidikan yang dlakukan oleh orang tua.   Karena peran orang tua itu besar sekali terhadap pertumbuhab anak-anak, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang harmonis.
Ada 3 kesalahan orang tua dalam mendidik anak
1.       Orang tua mencoba melakukan highlight terhadap suatu budaya
Yang dimaksud budaya disini adalah suatu kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang yang menjadi bagian dari hidup kita.  Tanpa disadari budaya tersebut diturunkan dari orang tua kepada anaknya secara terus-menerus pada generasi selanjutnya yang akhirnya menjadi tradisi.  Disadari atau tidak akhirnya kita mempercayai suatu budaya yang kita akui sebagai suat kebenararan.  Dan akhirnya budaya itu bisa diterima oleh keluarga.   sehingga budaya tersebut membentuk kharakter dan pribadi seorang anak dalam keluarga.  Contohnya adalah misalkan dalam keluarga memiliki masalah maka kan terjadi diskusi antara orang tua dalam bentuk pertengkaran.  Seperti yang kita tahu ketika marah banyak hal negatif yabg terjadi seperti saling teriak, salingbentak atau bany=ting-banting barang,  Dan setelah itu pertengkaran bberhenti.  Ketika pertengkatan terjadi anak-anak melihat itu. Dari apa yang dilihat anak maka anak seperti mendapatkan suatu pesan dan informasi bahwa jika menyelesaikan masalah harus dengan pertengkaran.  Sehinga prilaku anak bisa terbentuk menjadi prilaku yang pemarah. 
Ada  2 kemungkinan yang akan terjad pada anak  :
a.       anak menjadi tertekan di dalam rumah tetapi jika di luar rumah menjadi luar biasa
b.      terjadi prilaku yang ofensif yaitu prilaku dimana anak akan melawan.  Di rumah dia suka melawan di luar rumah jika ada sesuatu yang tidak cocok dengan dia maka dia punya pola pikir bahwa dia harus melawan.
Seringkali didalam keluarga yang terbentuk nasing-masing orang tua membawabudaya keluarganya masing=masing.  Seorang ayah membawa budaya dari keluarganya, ibu juga membawa budaya dari keluarganya.  Didalam keluarga ada 2 budaya yang bertemu dan biasanya kedua budaya di kompromikan mana yang cocok atau tidak untuk di gunakan dalam keluarga.  Seperti yang kita tahu budaya yang di bawa di dalam keluarga sifatnya tidak murni, karena semua kita bergaul dengan orang lain  diberbagai lingkungan yang tanpa kita sadari juga mempengaruhi kkarakter yang kita miliki dan kita bawa ke dalam rumah.  Sehingga akhirnya kita mendapatkan sudut pandang dunia (worldview) , dimana banyak infomasi dari luar yang kita akui sebagai kebenaran.  akhirnya di jadikan tradisi dan kebiasaan .
Anak-anak yang memiliki pengalaman yang tidak baik dari keluarga biasanya susah memiliki  hubungan intim dengan teman-temannya.  Karena khawatir disakiti kembali oleh lingkungannya.
Dapatkta ambil kesimpulan bahwa begitu  pentingnya budaya di dalam rumah dal  pembentukan karakter anak.  Oleh karena itu semua orang tua harus bertanggung jawab dalam penciptaan budaya yang baik dalam rumah.  Penanaman nilai yang hanya disampaikan tanpa contoh teladan dari orang tua maka nilai-nilai baik akan mustahil diikuti oleh anak.  Jadi prilaku anak akan terbentuk dari budaya yang dibentuk oleh orang tuanya.
Kalau di dalam keluarga sudah memiliki budaya yang baik maka ketika anak berprilaku dia punya tuntunan dan pedoman yang baik.  Ketika dia berpikir akan melakukan pelanggaran maka nilai=nilai atau budaya bisa menjadi rem buat si anak untuk tidak berperilaku salah.  Apabila ada masalah yang dialami anak maka nak akan tahu bagaimana dia harus mengambil keputusan dan sudah memikirkan resikonya.

2.       Orang tua tidak menempatkan kasih dan keadilan secara seimbang
Orang tua menempatkan salah satunya lebih tinggi dan lebih rendah. Dari hasil pengamatan ternyata di temukan bahwa 2/3 orang tua itu memanjakan anak.   Artinya memanjakan disi adalah apapun yang dilakukan anak atau yang diinginkan anak selalu dipenuhi oleh orang tua.  Sehingga anak berpikir bahwa apapun yang diminta akan dipenuhi oleh orang tuanya.  Seringkali orang tua sulit menerima bahwa disiplin dan hukuman adalah bentuk cinta orang tua pada anak.  Bahwa ketika mendisiplin anak dan menghukum anak itu adalah bagian dari dari cinta kasih.   Tapi kadang ada juga orang tua yang mendisiplin anak bukan karena bentuk cinta kasih tapi lebih karena luapan ego atau emosi yang tak terhankan karena ada sesuatu yang  mengganggu kesenangan kita atau privacy nya terganggu.  Misalnya ketika orang tua lagi melakukan sesuatu dan anak menyela secara reflek orang tua langsung marah dengan mengatakan kamu gak boleh begitu dan lain sebagainya.  Respon spontanitas cenderung menguasai orang tua ketika anak dianggap mengganggu.  Sebagai orang tua seharusnya bisa mengontrol sehingga tidak marah untuk hal yang bukan untuk pendisiplinana.  Kalau orang tua memang memiliki temperamental keras maka harus berusaha untuk mencari tips bagaimana menghadapi anak. Setiap ucapan kita pada anak itu ketika orang tua marahitu seperti peluru yang sedang ditembakkan.Jika sudah ditembakkan peluru tidak bisa balik lagi.  Dan peluru itu sudah melukai hati dan lukanya tidak nudah hilang.  Analoginya seperti ketika kita tergores dan akhirnya di jahit setelah kondisi baik-baik saja luka bekas jahitannya akan tetap terlihat. Dan ketika kita tekan bekas jahitan tersebut juga masih terasa sakit.  Sama engan ketika luka hati. 
Kasih dan keadilan harus berimbang , artinya kalau anak melakukan kesalahan kita juga harus menegur bukan untuk melukai hatinya tetapi untuk memberi pesan bahwa yang dilakukan sang anak itu adalah hal yang salah.  Atau jika nanak meminta sesuatu dan yang dimintanya adalah sesuatu yang bisa melukai anak maka orang tua juga harus mempertimbangkannya terlebih dahulu. Apakah jika dibelikan anak  menjadi baik atau tidak. 
Harus ada pengorbanan yng diberikan, jika orang tua tidak mengajar anak dengan baik maka anak akan menjadi liar dan hidup sembarangan.
Kadang orang tua tidak ingin anaknya nangis terlalu lama dan tidak bisa lihat anak tersakiti akhirnya kedisiplinannya kendor, dan terkadang orang tua bela anak sedemikian padahal anaknya salah.  Jika itu yang terjadi maka anak sedang menjerumuskan. 
Mendidik anak  yang pertama sama seperti cara induk burung yang mengajar anaknya terbang, yang dilakukan si induk adalah menjatuhkan anaknya ke bawah, ketika anak akan terjatuh maka dia akan mengangkatnya terbang ke atas sarang dan itu dilakukan berulang-ulang , si induk harus tega menendang anaknya untuk jatuh suoaya si anak burung belajar mengepakkan sayapnya dan berhasil terbang sendiri.
Yang kedua  mendidik anak sama dengan bermain layang-layang.  Yang harus dilakukan adalah menarik dan mengulur.  Ada saatnya anak dibiarkan terbang bebas, dan jika akan melakukan kesalahan orang tua harus menariknya lagi untuk memberikan pembinaan.  Dan pembinaan tersebut busa berupa hukuman.  Bukanuntuk melukai tetapi untuk memberi pengarahan. Jadi supaya layang-layang bisa terbang dengan baik maka tidak boleh menarik dan mengulur dengan keras karena bisa mengakibatkan benangnya terputu.  Jika terputus maka layang-layang akan hilang atau akan jatuh.  Orang tua harus tahu kapan harus menarik  dan kapan harus mengulur.  Karena kalau anak terlalu di tarik maka anak akan memberontak dan akan pergi. Dan apabila diulur terus maka anak juga akan hilang kendali.  Anak suah susah untuk dinasehati. 
Dalam hal ini orangtua perlu bijakdalam menempatkan kasih dan keadilan dengan baik.   Posisi orang tua dan anak harus sesuai.  Jangan sampai terbalik posisinya karena yang terjadi adalah anak tidak memiliki hormat pada orang tua.

3.       Peran Orang Tua harus dijalankan dengan benar
Menjadi orang tua bukan berarti harus menang dalam segala-galanya karena dalam keluarga posisi orang tua ada di atas.  Memang benar peran orang tua adalah menasehati, memberi perintah dan lain-lain, tetapi disisi lain orang tua harus menjadi teman dan sahabat.  Kebutuhan anak anak mengikuti usianya, misalnya anak di usia Golden Age ( 5 tahun kebawah) anak membutuhkan perintah yang jelas dan detail supaya bisa melakukan perintah dengan baik, karena anak diusia tersebut belum bisa diajak untuk berdiskusi.  anak di usia diatas 10 tahun sudah bisa diajak untuk berdiskusi sehingga orang tua bisa memberi arahan dan berdiskusi mana yang baik dan mana yang harus dipilih anak. 
Dalam hal ini orang tua tidak hanya harus dekat dengan anak tetapi orang tua juga harus hadir bersama denga anak.  Kedekatan dan kehadirab adalah dua hal yang berbeda.  Banyak orang tua setelah seharian bekerja dan pulang kerumah tetap melakukan hal lainnya seperti ber media sosial dengan teman-temannya melalui gadget.  Orang tua dan anak sama-sama ada dirumah tetapi tidak melakukan komunikasi yang berkualitas, karena anak juga bermain dengan gadgetbya sendiri.  Jadi orang tuanya dekat tetapi tidak hadir buat anakny.  Oleh kaena itu orang tua perlu menempatkan diri sebagai sahabat.  Ketika menjadi orang tua, orang tua juga harus mengerti perasaan anaknya.
Yang sering membuat masalah dan sering dijadikan alasan dalam keluarga adalah Gadget.  Orang tua selalu berteiak untuk menyuruh si anak berhenti main game dan ujungnya adalah bertengkar.  Apa salahnya suatu waktu ketika anak bermain game orang tua ikut main dan setelah selesai meminta anak untuk di ajak ngobrol dan berbicara.  Dengan demikian anak akan merasa bahwa orang tuanya dekat dan hadir untuk dirinya. Sehingga  anak tidak mencari komunitas yang tidak baik.  Karena kedekatan dan kehadiran orang tuanya sudah cukup buat si anak. 

Seberapa banyak anak yang suka dirumah? Banyak anak memilih cari tempat diluar rumah karena ketika di rumah dan duduk dengan orang tua yang keluar adalah.... seminar.... kotbah....nasihat....dan lain- lain.
Anak - anak suka dengan orang tua yang mau menerima dia sebagai sahabat....yang kehadirannya selalu di rindukan...


Sumber :
https://youtu.be/jaTrWBgSsiw

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ada apa dengan Batik?

PENGEMBANGAN KURIKULUM MERDEKA MENGGUNAKAN UNDERSTANDING BY DESIGN

ANTRE = REFRESHING